Hearder kaisar backlink


Waduh Anies Belanja ke Tanah Abang Pake Acara Nawar. Pesan Apa Yang Berusaha Dia Sampaikan? Kesederhanaan Atau Pencitraan?

Waduh Anies Belanja ke Tanah Abang Pake Acara Nawar. Pesan Apa Yang Berusaha Dia Sampaikan? Kesederhanaan Atau Pencitraan?

Waduh Anies Belanja ke Tanah Abang Pake Acara Nawar. Pesan Apa Yang Berusaha Dia Sampaikan? Kesederhanaan Atau Pencitraan? - Gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengunjungi Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (24/6/2017). 

Anies menemani tiga anaknya, Kaisar Hakam, Ismail Hakam, dan Mikail Azizi berbelanja busana muslim. Istri Anies, Fery Farhati Ganis, tak tampak menemani Anies dan ketiga anak mereka itu.  AGEN CASINO TERBAIK

Seorang perempuan kemudian bercelutuk agar Anies lebih ramah dengan masyarakat. Perempuan tersebut memang terdengar cukup lama menanggil-manggil Anies. Namun, tak direspon Anies karena ramainya masyarakat yang ingin berfoto. “Pak Anies yang ramah dong sapa warganya,” kata perempuan itu.

“Iya Ibu, lagi berbelanja ini he-he-he,” jawab Anies. Setelah mendapatkan pakaian yang dinginkan. Anies sempat tawar-menawar harga dengan si penjual pakaian. “Kurang dong mas,” tawar Anies. “Pak Anies maunya berapa nih?” tanya penjual. “Waduh jangan dong, berapa kurangnya?” tanya Anies. “Sama Pak Anies Rp 160.000 aja dua baju,” kata penjual tersebut. 

Saya jadi bingung, pesan apa yang berusaha Anies sampaikan pada warga? Kenapa harus ada acara nawar? Bukannya dia sekarang akan segera memimpin Jakarta? Ahok, jangankan nawar, kalau beli malah suka dilebihi pas bayar. Anyway, mungkin mereka punya budaya yang berbeda…

Budaya Dua Dunia Tentang Kebiasaan Menawar

Itulah yang namanya budaya. Tawar menawar adalah bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Hampir disemua pasar tradisional, budaya menawar seperti menjadi satu keharusan atau kita akan merasa membeli kemahalan. Sejujurnya saya tidak tahu apa ini budaya yang baik dan mendidik atau sebaliknya. Namun kalau saya bandingkan dengan budaya Eropa yang tidak pernah menawar, saya pribadi memilih untuk menganut budaya yang tidak menawar.

Pernah tidak kalian dengar kalimat seperti ini, “Harganya dinaikan 100 persen dari harga beli, karena orang pasti nawar setengahnya dari harga, jatuh-jatuhnya, mereka akan akhirnya membeli dengan kelebihan 20 persen. Artinya untung kita 20 persen”. Atau kalimat ini, “Eh kalau mau beli jangan lupa ditawar sampai setengahnya soalnya harganya pasti sudah dinaikan dari harga beli. Jangan harga 100 kamu tawar 80 pasti langsung dikasihkan, itu pastii kemahalan”. Biasanya ibu-ibu yang seperti itu. AGEN BOLA TERPERCAYA

Lain dengan di Eropa. Sebagai orang Indonesia, saya pernah jualan di Eropa, tepatnya di Perancis. Waktu itu saya jualan kerajinan khas Indonesia seperti patung batik, kain batik, hiasan rambut dari Bali dan beberapa pernak pernik kecil. Karena saya tidak tahu budaya Eropa yang ngga pernah nawar, saya kasih harga mahal, karena saya pikir mereka pasti nawar. Walhasil, dagangan saya hanya ditanya berapa kemudian mereka berterima kasih karena saya sudah memberitahu harganya, lalu mereka pergi. Ada juga beberapa orang yang bertanya harganya dan langsung beli tanpa menawar.

Pas saya ngobrol sama teman tentang pengalaman saya jualan di hari pertama, mereka menjelaskan, kalau budaya dagang di Eropa, orang tidak akan nawar harga. Di Eropa jika orang bertanya harga, akan ada dua kemungkinan. Pertama karena uang mereka tidak cukup untuk membelinya, kedua karena mereka merasa harga yang diberikan tidak sopan alias terlalu mahal dibandingkan barang yang dijual. Lalu saya bertanya, “Saya harus gimana kasih harganya?”. Kawan saya menyarankan, saya sebaiknya menjual dengan harga beli ditambah persentasi keuntungan yang wajar, misalnya 20 persen dari harga beli. Malam itu juga saya langsung mengganti semua harga jual saya yang asalnya saya naikkan 100 persen menjadi 25 persen dan besoknya saya berjualan lagi.

Aih benar saja, dagangan saya laku terjual. Dan sejak itu kalau saja jualan pas musim panas, saya selalu menggunakan cara seperti itu. Kawan saya bilang, di Eropa mana ada orang punya waktu buat tawar menawar. Transaksi bisa terjadi dalam itungan detik! Misalnya, “Harganya berapa?”, lalu saya jawab, “Empat Euro!”. Mereka akan melihat-lihat sebentar dan kalau mereka beli, mereka akan bilang, “Saya beli, ini Empat Euro. Terima kasih!” lalu mereka pergi. Apalagi kalau ada bandrolnya, asli benar-benar dalam itungan detik! Mereka lihat, mereka ambil dan mereka bayar.

Di Indonesia, tawar menawar bisa terjadi seharian untuk membuat harga yang asalnya Rp 100.000 menjadi Rp 70.000. Itu ditambah pakai acara berbohong, marah-marah dan macam-macam. Seperti seorang tetangga yang datang ke rumah sambil marah-marah setelah gagal membeli buah alpukat. Dia bercerita, harga sekilo alpukat Rp 60.000, dia tawar Rp 40.000, setelah perjuangan yang alot, akhirnya sepakat harga alpukat Rp 45.000. Saat tetangga saya sedang memilih alpukat, sipedagang keberatan, katanya, “Ibu sudah nawar jangan milih yang bagusnya saja. 

Saya kasih harga yang ibu mau saya yang pilih alpukatnya. Saya bisa rugi!”. Tetangga saya marah, tapi dia ingat kalau transaksi yang sudah ijab kabul dibatalkan, itu dosa, akhirnya dia berusaha merayu pedagang untuk memberikan alpukat yang dia pilih dan sipedagang memasukan dua alpukat yang dia pilih. Tetangga saya sudah sangat kesal, begitu alpukat diberikan dan dibayar, dia injak-injak itu alpukat di depan si pedagang. Saya ternganga kaget mendengarkan akhir dari cerita si tetangga. Lalu saya bilang, “Makanya mening belanja di super market. harganya kadang lebih murah! kalaupun lebih mahal kita ga perlu sampai marah-marah karena kualitas dijamin pasti bagus!” AGEN POKER INDONESIA TERBESAR

Lain halnya kalau saya beli ke pedagang kecil yang jualannya cuma sekeranjang buah. Saya kadang ngga tanya harga, “Bang minta dua kilo!” lalu dia kasih saya dua kilo, kemudian saya bilang, “Berapa harus saya bayar?” dan berapapun harga yang dikatakan, langsung saya bayar. As simple as that. Karena saya Muslim yang meyakini bahwa penjual yang harganya terlalu mahal hukumnya dosa karena sama dengan mendzolimi pembeli. Jadi kalau harga dia kemahalan, ya dia nanggung dosanya sendiri.

Bagi mereka yang uangnya pas-pasan, menawar itu adalah kewajiban karena mereka punya sedikit uang tapi punya waktu yang banyak untuk menawar.

Pesan yang saya coba sampaikan pada Pak Anies Baswedan adalah, Berhematlah waktu daripada berhemat uang. Apalagi Pak Anies akan menjadi Gubernur Jakarta dengan segunung pekerjaan. Jangan buang waktu cuma menawar pada pedagang kecil hanya untuk recehan, lalu bapak kehilangan waktu untuk melayani warga yang ingin menyapa. Selain itu, kalau Bapak tidak nawarpun, keuntungan lebih yang bapak berikan belum tentu juga membuat mereka jadi kaya raya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.